Zeventina's Journey ~ Catatan Kebahagiaanku

Zeventina's Design JUST FOR U
"Blogspot, Wordpress, Yahoo 360's Themes"



Friday, September 16, 2005 | 9:37 AM

Study In Germany


Barusan check email, ada teman imut, cewek cakep yang doyannya nge-jazz, aku sebut saja disini namanya Jazzy, tanya info tentang sekolah di Jerman. Rencananya Jazzy mau married sama orang Indonesia, lalu cowoknya mau nerusin sekolah ke Jerman, atas biaya sendiri. Jazzy tanya apa aja yang harus dipersiapkan.

Aku senyum sendiri, ingat dulu sebelum berangkat, sama-sama 'blank mode on'. Gelapp... Kasus kita emang mirip. Aku juga berangkat ke Jerman biaya sendiri, bukan beasiswa. Beasiswa mengikat, sedangkan kami tak mau terikat dan diatur2 pihak lain.

Aturan imigrasi Jerman lumayan saklek, tapi selama kita bisa memenuhi peraturan yang ditetapkan, kita lolos. Buat cowoknya Jazzy sih asal sudah dapet sekolahan, biasanya langsung dapet jatah kamar di asrama.Bayarnya variatif, tergantung asramanya yang mana. Misalnya Jazzy mau langsung ikut, asrama disini pada umumnya mengijinkan si istri atau tamu atau pacar, bisa sekamar sama si student. Tapi dibatasi paling lama 3 bulan. Setelah itu (mau tak mau) kalau mau tinggal berdua, harus cari wohnung (apartemen) lain. Syarat dari stadt (pemda setempat), masing2 orang jatah luasnya minimal 12 meter persegi. Jadi kalo Jazzy mau tinggal berdua sama suami, ya 12X2=24 meter persegi.

Syarat lain yang terberat (menurut aku), masing2 orang harus menunjukkan punya duit (dulu jaman aku mau berangkat, tahun 2002) 6.000 Euro per orang. Jadi kalo berdua, ya 12.000 Euro. Dulu karena aku bertiga, (sama Chacha), jadi harus nunjukkin 18.000 Euro. Estimasinya adalah, duit itu cukup buat hidup setahun. Stadt kayanya prepare agar para pendatang di Jerman tidak akan jadi gembel. Karena ada jaminan duit itu.

Syarat lainnya, standard deh. Bisa tanya ke Kedutaan Jerman di Jakarta. Yang aku ingat, semua ijasah, akte lahir, akte nikah, harus diterjemahkan dulu di tempat2 yang sudah ditentukan sama Kedutaan Jerman. Trus harus menunjukkan bukti penerimaan (dari Universitas), dan pernak pernik lainnya.

Nanti kalau Jazzy sudah disini, jangan khawatir. Si student bisa kerja part time, (selama lamarannya diterima), di kantor2 sebagai petugas input data, atau whatever sesuai kemampuan ybs. Hanya input data aja bisa dapet 600 Euro perbulan, lumayan buat jajan.

Dulu setelah master, Franz langsung diterima kerja di Jakarta, ditawari gaji lumayan deh (kalo ga salah sekitar 12 juta bersih perbulan), sekaligus diterima buat nerusin program Doktor. Kita setelah rembukan , akhirnya memilih untuk menolak kerja di Jakarta, dan memilih lanjut Doktor disini. Karena Doktor (S3) di Jerman statusnya bukan student, tapi Arbeit (kerja), so digaji separo gaji karyawan normal. Walau cuma digaji separo, rasanya cukup deh buat hidup lumayan layak. (Walau belum bisa kembali modal.. he..he..).

Jadi saran aku buat Jazzy, jangan ragu. Maju terus pantang mundur, he..he.. Seberat apapun situasi di negeri Einstein ini, tetap saja kalau tekad kita kuat, kita bisa juga 'ga kalah' sama orang2 Eropa sini. Bener deh Jazz..

Aku nantikan banget kedatangan kamu.. Lumayan aku nanti jadi tambah teman lagi, apalagi temannya imut2, cakep dan sama2 doyan musik Jazz. Jazz.. siapa takut??


19 comments